Kenapa Mitsubishi Outlander Sport Tidak Laku di Indonesia? Ini 5 Alasan Utamanya
- Ist
Mindset – Kenapa Mitsubishi Outlander Sport gagal bersaing di Indonesia? Simak lima alasan utama yang membuat SUV ini kurang diminati, mulai dari harga hingga fitur yang kurang menarik. Baca ulasan lengkapnya di sini!
Mitsubishi Outlander Sport: SUV Gagal atau Kurang Beruntung?
Pasar SUV di Indonesia memang sangat kompetitif. Sejak dahulu, hanya sedikit model yang bisa bertahan di segmen ini, sementara sisanya harus rela tersingkir dari persaingan. Salah satu contoh yang cukup menarik adalah Mitsubishi Outlander Sport.
Diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 2012, Outlander Sport awalnya menawarkan konsep yang menarik: desain sporty ala Lancer EX, mesin 2.000 cc MIVEC, serta fitur premium seperti panoramic roof.
Namun, meskipun memiliki potensi besar, mobil ini justru gagal bersaing dengan kompetitor di segmennya. Lalu, apa yang menyebabkan Outlander Sport kurang diminati di Indonesia? Berikut lima alasannya.
1. Harga Kurang Kompetitif di Segmennya
Mitsubishi Outlander Sport.
- Ist
Saat pertama kali diluncurkan, Mitsubishi Outlander Sport dijual dengan harga mulai dari Rp289 juta. Sayangnya, angka ini berdekatan dengan SUV yang lebih besar dan lebih mapan seperti Honda CR-V, Toyota Fortuner, hingga Mazda CX-5.
Konsumen lebih memilih menambah sedikit dana untuk mendapatkan kendaraan yang lebih luas dan memiliki citra lebih kuat di pasar.
Selain itu, kehadiran Honda HR-V pada 2014 semakin memperburuk situasi bagi Outlander Sport.
Dengan harga lebih terjangkau dan desain lebih modern, HR-V sukses menarik perhatian calon pembeli yang sebelumnya mungkin mempertimbangkan Outlander Sport.
2. Minimnya Pembaruan dan Inovasi
Dalam dunia otomotif, model yang tidak diperbarui secara signifikan akan cepat ditinggalkan.
Sayangnya, Mitsubishi tampaknya kurang serius dalam menyegarkan Outlander Sport di Indonesia.
Facelift yang dilakukan pada 2014 hanya berupa perubahan minor tanpa adanya penyempurnaan besar seperti yang dilakukan di pasar luar negeri.
Padahal, saat itu Mitsubishi sudah memiliki desain "Dynamic Shield" yang lebih modern.
Namun, Outlander Sport di Indonesia tetap menggunakan wajah lama, yang membuatnya terasa ketinggalan dibanding kompetitor. Hal ini tentu berpengaruh terhadap daya tariknya di mata konsumen.
3. Kualitas dan Durabilitas yang Dipertanyakan
Merek Mitsubishi memang baru kembali populer berkat Xpander, tetapi pada era 2010-an, citra Mitsubishi di Indonesia tidak begitu positif.
Salah satu keluhan utama adalah mahalnya harga suku cadang dan sulitnya mendapatkan sparepart, terutama untuk model yang kurang laku seperti Outlander Sport.
Lebih buruk lagi, Outlander Sport juga dikenal memiliki beberapa masalah teknis, seperti:
- Mesin kasar saat AC menyala akibat masalah pada alternator AC,
- Suspensi belakang yang sering berbunyi jeduk,
- Ruang kabin yang mudah kemasukan bau tak sedap akibat kebocoran insulator AC,
- Rack steer yang rentan rusak meskipun usia pemakaian masih rendah.
Meskipun beberapa masalah ini diperbaiki pada facelift 2014, citra negatif sudah terlanjur melekat di benak calon konsumen.
4. Karakter Berkendara yang Kurang Memikat
Mitsubishi mencoba menggabungkan sensasi sedan sporty Lancer EX dengan postur SUV, tetapi hasilnya justru kurang sesuai dengan selera pasar Indonesia.
Pengemudi merasa seperti mengendarai sedan tinggi, yang mungkin menarik bagi sebagian orang, tetapi aneh bagi sebagian lainnya.
Selain itu, transmisi CVT yang digunakan Outlander Sport dinilai kurang responsif. Tenaga 147 hp dari mesin 2.000 cc MIVEC memang cukup untuk harian, tetapi karakter CVT membuat akselerasi terasa lambat, terutama jika dibandingkan dengan kompetitor yang menggunakan transmisi otomatis konvensional atau turbo.
5. Gagal Beradaptasi dengan Tren SUV Modern
Tren SUV saat ini mengarah ke teknologi yang lebih canggih, efisiensi bahan bakar, dan elektrifikasi. Mitsubishi sebenarnya mencoba beradaptasi dengan menghadirkan Outlander PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle), tetapi model ini juga tidak sukses di Indonesia.
Outlander PHEV memiliki beberapa kelemahan, seperti:
- Getaran berlebihan saat akselerasi akibat integrasi hybrid yang kurang halus,
- Harga yang terlalu tinggi, membuatnya sulit bersaing dengan SUV hybrid lain,
- Minimnya infrastruktur pengisian daya yang membuat teknologi PHEV kurang relevan bagi sebagian besar konsumen Indonesia.
Mobil Gagal atau Sekadar Kurang Beruntung?
Mitsubishi Outlander Sport sebenarnya bukanlah mobil yang buruk. Desainnya masih menarik hingga sekarang, dan di pasar mobil bekas, ia cukup diminati karena menawarkan tampilan sporty dengan harga yang jauh lebih murah dibanding saat baru.
Namun, dalam persaingan di segmen SUV, keunggulan saja tidak cukup jika tidak didukung dengan harga yang kompetitif, fitur yang relevan, dan strategi pemasaran yang tepat.
Mitsubishi mungkin telah belajar dari kesalahan ini. Kini, mereka lebih fokus pada model seperti Xpander dan Pajero Sport yang memiliki daya tarik lebih kuat di pasar Indonesia. Jadi, apakah Outlander Sport hanya sekadar mobil yang kurang beruntung, atau memang Mitsubishi kurang serius dalam menggarapnya? Biarkan waktu yang menjawab. *AT