Apakah Artificial Intelligence (AI) Dapat Meniru Fleksibilitas Memori Manusia?

Ilustrasi Artificial Intelligence (AI).
Sumber :
  • Ist

Tekno, Mindset – Dalam beberapa tahun terakhir, Artificial Intelligence (AI) telah mengalami perkembangan pesat, namun masih ada satu pertanyaan penting: bisakah AI meniru fleksibilitas memori manusia?

Honda City RS vs Suzuki Baleno, Mana Mobil Hatchback yang Cocok untuk Pemakaian Harian?

Meskipun AI sudah mampu mengatasi banyak tantangan teknis, memori manusia tetap lebih kompleks dan dinamis dibandingkan dengan sistem yang ada.

Dalam artikel ini, kita akan menggali perbedaan mendasar antara memori manusia dan AI, serta potensi masa depan teknologi dalam meniru fungsi otak manusia.

Memori AI vs Memori Manusia: Perbedaan Fundamental

Intip Spesifikasi Volvo C40 Ultimate Recharge Twin, Mobil Listrik Tipe SUV Bergaya Premium

Ilustrasi OpenAI - ChatGPT Enterprise.

Photo :
  • Unplash - Jonathan

MMenguti opini Moshe Bar  dalam Psycology Today, menerangkan bahwa algoritma yang mendasari AI bersifat deterministik.

iPhone 17 Bakal Saingi Android? Layar LTPO hingga Always-On Display untuk Semua Model

Artinya, untuk setiap input A, AI akan selalu memberikan output B. Hal ini berakar dari prinsip bahwa memori komputer harus stabil dan dapat diandalkan.

Misalnya, ketika kita menyimpan daftar kata atau gambar dalam sistem komputer, kita berharap informasi tersebut akan kembali dengan presisi yang sama saat dipanggil.

Memori AI bekerja dengan prinsip serupa: stabil, akurat, dan dapat diprediksi.

Namun, memori manusia bekerja secara berbeda. Otak kita tidak selalu "mengembalikan" informasi yang sama persis.

Sering kali, kita secara tidak sadar memodifikasi, mengabaikan, atau menambahkan informasi berdasarkan pengalaman atau konteks yang lebih luas.

Ini terlihat sebagai kelemahan, tetapi pada kenyataannya, fleksibilitas ini adalah kekuatan utama dari cara kerja otak.

Sebagai contoh, ada ilusi visual yang disebut Segitiga Kanizsa, di mana otak kita "melihat" garis yang tidak benar-benar ada karena kecenderungan kita untuk menghubungkan titik-titik tertentu.

Dalam hal ini, AI mungkin hanya mengenali tiga "Pac-Mans" yang tersebar tanpa melihat segitiga ilusi, sementara otak manusia akan secara otomatis menggabungkan informasi untuk membentuk segitiga imajiner.

Apakah Fleksibilitas Ini Harus Ditiru AI?

Produk AI Google, Gemini Live.

Photo :
  • Channel Youtube: AI Revolution

Fleksibilitas otak manusia seperti ini adalah salah satu keunggulan alami yang sulit direplikasi oleh AI.

Misalnya, penelitian tentang memori manusia menunjukkan fenomena yang dikenal sebagai efek DRM, di mana orang secara keliru mengingat kata-kata yang sebenarnya tidak ada dalam daftar hanya karena kata tersebut terkait erat dengan yang lainnya.

Ini menunjukkan bagaimana otak kita melampaui input yang ada untuk menghasilkan prediksi dan mempersiapkan diri kita untuk kemungkinan di masa depan.

Sistem AI, di sisi lain, dirancang untuk akurasi. Jika seorang programmer membuat algoritma yang "secara keliru" mengingat kata-kata yang tidak ada dalam daftar, itu akan dianggap sebagai bug, bukan fitur.

Namun, dalam konteks otak manusia, "kesalahan" ini sebenarnya adalah bentuk adaptasi yang penting. Hal ini menunjukkan bahwa otak kita mampu memperluas dan menyesuaikan realitas berdasarkan konteks dan pengalaman sebelumnya, sesuatu yang belum dimiliki AI.

Mind-Wandering: Kekuatan yang Tak Tertiru oleh AI 

Salah satu aspek paling menarik dari otak manusia adalah kecenderungan kita untuk mengalami **mind-wandering**, atau pikiran yang melantur.

Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa pikiran kita melantur sekitar 50 persen dari waktu kita terjaga.

Pada pandangan pertama, hal ini tampak tidak efisien, tetapi kenyataannya, mind-wandering memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan, dan kreativitas.

Ketika pikiran kita melantur, kita sering kali mensimulasikan skenario masa depan, seperti wawancara kerja atau rencana liburan, yang membantu kita bersiap untuk berbagai kemungkinan. Proses ini juga membantu kita menghasilkan ide-ide kreatif atau solusi untuk masalah yang sedang dihadapi.

Namun, AI tidak dirancang untuk mengalami mind-wandering. AI berfungsi untuk menyelesaikan tugas yang ditentukan dengan fokus penuh, tanpa adanya "gangguan" dari proses berpikir di luar tujuan yang ada.

Jika kita ingin AI menjadi lebih manusiawi, kita harus mempertimbangkan untuk meniru fungsi seperti ini.

AI saat ini berfokus pada tugas-tugas langsung, tetapi bagaimana jika suatu hari AI dapat "melantur" dan menghasilkan ide-ide kreatif atau solusi untuk masalah yang tidak terlihat? Ini bisa menjadi lompatan besar dalam perkembangan AI. *ar/at