"Misteri Tuhan" Suatu Kajian Perdebatan Bathin Pencari Jati Diri

Misteri Tuhan, Definisi Tuhan, Sejarah Tuhan
Sumber :
  • Media Dakwah

Mindset – Misteri “Tuhan”, Ketika manusia menyadari dirinya dilanda rasa ingin tahu dan ketakjuban terhadap alam, mulailah dirinya berpikir mengenai asal-usul dari manakah ia berasal. Dalam kebimbangan itu ia menyadari ada kekuatan yang besar mengendalikan alam semseta ini. Namun, jika tak terjawab, “Siapakah penguasa jagat ini?” Imajinasinya akan liar menjawab pertanyaan itu hingga menjadi mitologi.

Resmi Dilantik, 160 Anggota PPK Siap Sukseskan Pilkada Kuningan 2024

“Tuhan” suatu dimensi realitas yang selalu menjadi bahan perdebatan. Sebagian orang memandang titah tuhan selalu menjadi bahan pembenaran terhadap ketidakadilan. Siapakah yang menciptakan “tuhan”? Atau dia sendiri yang memperkenalkan diri-Nya kepada manusia?

Dalam babak sejarah dan peristiwa bergerak maju. Namun, alur pemikiran manusia ingin sekali memandang mundur. Ia ingin melihat kenyataan sebelumnya. Pada rentang masa lalu, ketika alam dipandang sebagai benda mati. Namun ternyata ada suatu realitas tersembunyi dibalik biasanya kita memandang.

Profil Grace Natalie, Dari Jurnalis ke Politikus: Jejak Karir Hingga Jadi Stafsus Presiden Jokowi

Jika kita berpikir alam ini penuh keajaiban. Daya hidup maksimal. Alam dengan segala kontradiksi bergerak seragam. Searah putaran jam. Semua mempunyai tugasnya masing-masing. Bakteri, semut, gajah dan sejenis binatang melata lainnya hidup. Ternyata mereka juga tidak seratus persen mengendalikan tubuhnya. Ada suatu daya atau kekuatan yang menjadikan mereka hidup. Atau kita (manusia), apakah kita menyadari ratusan sel dalam tubuh kita saling terbelah dengan teratur? Kenyataannya dalam setiap makhluk ada suatu hukum yang menjadikan mereka mempunyai sifat dan karakteristik sendiri. Semuanya dalam suatu kendali dan sistem yang tidak kasat mata, tapi nyata.

Aneh! Benar-benar aneh! Kebetulan? Jika setiap makhluk itu ada awalnya, maka awal dari alam semesta ini adalah penciptaan. Penciptaan yang tidak kita ketahui awalnya. Sedang manusia sendiri berawal dari setitik mani yang menjadikannya hidup. Mungkin alam semseta ini dimulai dari sebuah titik juga?

3 Kecamatan di Kabupaten Ciamis Ini Ternyata Tidak Ada Indomaret dan Alfamart, Dimana Saja?

Renungan beragam peristiwa, benda, dan makhluk lainya saling melengkapi drama kehidupan. Kenapa ada air? Bagaimana ia bisa ada? Lalu adakah tujuan sebelum ia ada? Semuanya saling terhubung. Jaring-jaring makanan, rantai makanan dan persoalan kehidupan terus berlanjut. Hidup dan mati makhluk hidup ada kesengajaan. Bumi tempat kita berpijak seolah menjadi kendaraan raksasa, yang di dalamnya banyak makanan dan perbekalan. Lalu tujuan kita kemana? Sebuah sistem yang saling berhubungan, bukan sebuah kebetulan. Tetapi sebuah design dan mahakarya. Mahakarya Sang Penguasa Jagat Raya.

Kita kembali bertanya, “siapakah Tuhan ini? Dimanakah ia berada? Kenapa ia bersembunyi? Kenapa kita dibiarkan berselisih?” Perdebatan pun semakin sengit ketika ternyata konsepsi Tuhan mempunyai banyak versi tergantung orang yang berpikir dan mencarinya. Sekali lagi, “apakah Tuhan diciptakan oleh alam pikiran manusia? Atau diri-Nya datang dengan konsekuensi logis bahwa Ia akan memberi tahu keinginan-Nya?”

Seandainya, Tuhan tidak memberikan informasi-Nya pastilah manusia akan binasa. Behitulah logikanya. Maka, Ia memilih manusia yang akan menerima informasi tersebut. Kenapa Tuhan tidak memberi tahu langsung? 

Bukankah Tuhan Maha tahu? Jika Tuhan memberi tahu manusia langsung, tentu semuanya beriman. Bukankah manusia diberikan akal untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah? Jadi, Tuhan akan memilih manusia untuk menyampaikan kehendak-Nya. Dengan demikian pula, Ia tidak berkehendak semua manusia beriman dengan pemikiran yang sama. Setiap orang pasti akan mempunyai  persepsi terhadap Tuhan karena manusia mempunyai akal dan tingkatan dalam berpikir.

Tuhan tentu adalah pencipta. Sang Pencipta tentu akan berbeda dengan yang diciptakan-Nya. Jika Tuhan itu sama dengan yang diciptakan tentu itu bukan Tuhan. Jadi, Tuhan harus berbeda dengan ciptaan-Nya.

Lalu, dimanakah Tuhan? Kata “dimana” adalah menunjukan sebuah tempat. Bukankah tempat adalah ciptaan-Nya? Kenapa ia harus mempunyai tempat? Bukankah tempat tersebut tergantung pada-Nya. Jadi, jika Tuhan membutuhkan tempat berarti Ia lemah dengan sendiri-Nya karena membutuhkan istirahat.

Kapan Tuhan ada? Tuhan pasti ada lebih dahulu daripada makhluk-Nya. Ketika makhluk-Nya yang lemah hancur, Ia pasti akan tetap ada. Dia yang memutuskan makhluk tersebut tetap ada atau tidak. Semua bergantung pada-Nya. Inilah konsep Tuhan yang sangat rasional bahwa Tuhan tentu tidak terbatas dengan ruang dan waktu. Ruang dan waktu pun adalah ciptaan-Nya tergantung pada-Nya. Tuhan hakikat keberadaan alam semesta, hakikat segala realitas yang ada.

Sejarah Kepercayaan Manusia

Berpikir tentang Tuhan yang merupakan realitas keberadaan yang tak terbatas. Sang Penguasa ruang dan waktu. Tuhan ternyata setelah kita bahas sebelumnya, memperkenalkan diri-Nya kepada orang yang terpilih. Titah-titah Tuhan dan keberadaannya, sifat-sifat-Nya, dan kehendak-Nya dijelaskan oleh seorang manusia terpilih tersebut. Kumpulan keterangan tentang Tuhan dijelaskan dengan sebutan agama (dalam bahasa Sangsakerta), ad-Din (dalam bahasa Arab, dan religi dalam bahasa Eropa). Agama tersebut mengkompilasi peraturan hidup didasarkan titah-titah Tuhan yang dianggap benar. Tetapi, ada juga agama hasil dari perenungan seorang manusia yang melihat realitas sosial dan alam.

Nyatanya agama itu beragam, membawa konsepsi ketuhanan yang beragam pula. Agama Hindu, memperkenalkan konsep ketuhanan yang berwujud manusia dengan berbagai simbol kekuatan dan ruang lingkup kekuasaan-Nya. Sedangkan agama Kristen memperkenalkan wujud Tuhan adalah satu namun pribadi-Nya tiga. Islam sendiri memperkenalkan bahwa Tuhan adalah satu. Tuhan yang Esa, yang menguasai alam semesta.

Sejak zaman dahulu, manusia telah berpikir tentang keberadaan Tuhan yang menguasai alam semesta. Hal ini karena manusia cenderung merasa lemah dan menginginkan ada kekuatan yang besar yang menolong dirinya. Manusia akan berusaha mematuhi segala titah Tuhan yang dipercayainya itu, agar ia tidak mendapatkan bahla dan bencana. Ada juga titah-titah Tuhan yang merupakan dugaan sehingga menjadi kepercayaan yang dianggap benar. 

Patut disadari kepercayaan manusia tersebut menghasilkan tindakan yang tersusun berdasarkan kepercayaan tersebut. Tindakan-tindakan tersebut karena sering dilakukan menjadi sebuah tata nilai. Selanjutnya, prilaku manusia dan tradisinya yang diturunkan secara turun-temurun itu membentuk sebuah kebudayaan yang akan melandasi pradaban kelompok manusia tersebut.

Salah satu contoh adalah pradaban Mesir kuno. Mereka mempercayai arwah dan kehidupan setelah mati. Sehingga,  prilaku yang mereka lakukan adalah berusaha mempersiapkan kehidupan setelah mati. Mereka percaya bahwa  kehidupan setelah mati adalah babak baru kehidupan setelah kehidupan dunia. Kadang, mayat diberi bekal yang cukup berupa harta, pakaian, dan makanan. Bahkan, tubuh mereka melalui proses mumifikasi karena mereka percaya bahwa setelah mati mereka hidup dengan jasad dan tubuh kasar.

Dikalangan masyarakat sebelum mengenal tulisan, mereka percaya bahwa semua makhluk, termasuk benda mati memiliki nyawa. Sehingga memunculkan kepercayaan animisme (kepercayaan pada kekuatan ghaib yang misterius), dinamisme (benda-benda tertentu yang diyakini mempunyai kekuatan ghaib dan berpengaruh terhadap kehidupan manusia), dan politeisme (kepercayaan kepada dewa-dewa yang mempunyai kekuatan dan lingkup kekuasaan pada alam).

Kepercayaan pada masa primitif di atas, ternyata ada yang masih dianut oleh masyarakat sehingga terlihat jelaslah kepercayaan melandasi prilaku manusia.  Animisme contohnya, seperti kepercayaan terhadap arwah yang menguasai pantai selatan. Nyai Roro Kidul menjadi kepercayaan masyarakat tatar Jawa.  Kepercayaan ini melahirkan tata nilai seperti jangan ada kata “meminta ikan” di Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Jangan ada kata “uyah (garam)” ketika membeli sesuatu pada malam hari. Kepercayaan ini berlanjut dengan tradisi larung sesaji sebagai prayaan dan permohonan agar diberikan hasil laut yang melimpah.

Agama-agama primitif memiliki kekhasan yang terkait dengan kekuatan alam. Mereka menyembah dan memujanya dalam bentuk roh semesta, arwah leluhur, dan dewa-dewi yang mengusasai tempat-tempat aktivitas mereka sehari-hari. Sejarah pemujaan terhadap  kekuatan-kekuatan supranatural tersebut lantas menuju sebuah pengakuan keberadaan  tuhan sebagai kekuatan terbesar yang menguasai semuanya.

Kepercayaan yang tidak benar akan berefek pada kekeliruan pada tindakan. Contohnya adalah suku Aztek. Suku Aztek memiliki kepercayaan pada politeistik. Ratusan dewa-dewi yang mereka puja dipersepsi sebagai kekuatan roh yang melakukan inkarnasi. Masing-masing memiliki atribut dengan penampilan pakaian yang khas.

Mereka membuat patung-patung batu dan tanah liat yang diberi pakaian dewa-dewi, lantas disembah sebagai inkarnasi dari para roh yang dipesepsi memiliki kekuatan tertentu. Para dewa dengan berbagai atributnya itu mereka abadikan dalam naskah ritual kuno, yang saling terkait sulit untuk dipisahkan peranannya.

Inti dari Aztek adalah korban manusia. Hampir setiap bulan selalu ada upacara pengorbanan manusia untuk para dewa-dewi, mulai dari korban anak-anak, pemuda, gadis remaja, sampai depada para tawanan perang dari musuh-musuh mereka.

Tuhan adalah konsep yang mendasar dalam banyak agama dan kepercayaan. Pemahaman tentang Tuhan bervariasi di antara berbagai tradisi agama dan filsafat, dan seringkali merupakan subjek yang kompleks dan terbuka untuk interpretasi yang beragam.

Secara umum, Tuhan biasanya dianggap sebagai entitas ilahi yang memiliki kekuasaan dan kebijaksanaan mutlak atas alam semesta dan kehidupan di dalamnya. Dia dianggap sebagai pencipta segala sesuatu, pemelihara alam semesta, dan memiliki otoritas moral dan spiritual yang tinggi. Banyak kepercayaan juga mengaitkan Tuhan dengan atribut-atribut seperti kebaikan, keadilan, cinta, dan kebijaksanaan.

Ada banyak nama dan konsep yang berbeda yang digunakan untuk menggambarkan Tuhan di berbagai agama. Sebagai contoh, dalam agama Kristen, Tuhan sering diidentifikasi sebagai Allah, sementara dalam agama Islam, Dia disebut dengan nama Allah. Hindu memiliki banyak dewa dan dewi yang mewakili aspek-aspek yang berbeda dari Tuhan yang tak terlihat dan tak terbatas, sedangkan agama-agama seperti Buddha dan Taoisme cenderung mengajarkan konsep-konsep tentang kesadaran yang luas dan alam semesta yang berada di luar pemahaman manusia.

Pemahaman tentang Tuhan sering dipelajari melalui teologi dan filsafat agama. Orang-orang membentuk keyakinan mereka tentang Tuhan berdasarkan ajaran agama mereka, pengalaman pribadi, dan refleksi filosofis. Bagi beberapa orang, kepercayaan pada Tuhan memberikan makna, tujuan, dan panduan moral dalam hidup mereka, sementara yang lain mungkin memiliki pandangan yang skeptis atau ateis.

Penting untuk diingat bahwa penjelasan singkat ini tidak mewakili semua pandangan dan interpretasi tentang Tuhan yang ada di dunia. Pandangan tentang Tuhan sangatlah beragam dan kompleks, dan sering kali sangat pribadi bagi setiap individu.

 

*)Oleh Dani Buldani, S.Pd Penggiat Kajian Pilsafat
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi tanggungjawab Mindset.viva.co.id