Ujaran Kebencian, Hasutan, dan Media Sosial

Ilustrasi Media Sosial
Sumber :
  • Unsplash @ademay

Karakteristik-karakteristik tersebut juga bisa diterapkan sebagai karakteristik komunitas tanpa bentuk di media sosial. Berdasarkan gambaran tersebut, langkah paling penting supaya kita menjadi pengguna media sosial yang sehat adalah ketika kita memutuskan aktif sebagai pengguna media sosial, sejak awal kita harus menentukan batas ke-Aku-an atau keindividuan kita. 

Sembako Mahal? Ini Cara Menyikapinya Ala Ulama Tasawuf Imam Qusyairi

Oleh sebab itu, pastikan kita hanya ikut berbicara sebagai bagian dari massa media sosial hanya dalam isu-isu yang kita tahu kita memiliki modal intelektual tentangnya. Modal itu bisa sudah kita miliki sejak awal atau bisa juga kita cari setelah kita mendapatkan informasi awal tentangnya dari media sosial. Dengan demikian, kita tidak akan terjatuh pada sikap afektif buta terhadap satu pihak dan juga kita tidak terburu-buru melakukan penghakiman tentang sesuatu hal.  

Jika rambu-rambu tersebut sudah kita praktikkan, kita juga akan terhindar dari meluapkan apa pun emosi kita secara spontan di media sosial. Dengan kata lain, kita menjadi lebih berhati-hati dan berpikir matang-matang sebelum memberikan pernyataan apa pun di media sosial. Dengan demikian, kita tidak akan jatuh menjadi pelaku ujaran kebencian maupun hasutan di media sosial. Satu saran terakhir yang bisa kita renungkan: ketika kita sangat ingin memberikan pernyataan tentang apa pun di media sosial, bisa jadi saat itu justru adalah saat paling baik bagi kita untuk menarik diri dan diam. 

Dajjal Jadi Trending Topik di Twitter X, Ini Doa Agar Terhindar dari Fitnahnya