Tanpa Lamine Yamal, Barcelona Kembali Tergelincir – Tanda Ketergantungan Baru Pasca Era Messi?
- Ist
Jakarta, Mindset – Tanpa Lamine Yamal, Barcelona kembali tergelincir, apakah ini tanda ketergantungan baru pasca era Messi kembali terjadi?
Barcelona kembali menelan kekalahan di La Liga saat menghadapi Real Sociedad, hasil yang tak diinginkan menjelang jeda internasional.
Kekalahan ini bukan hanya sekedar kehilangan tiga poin, namun juga membuka wacana baru soal ketergantungan tim terhadap satu pemain.
Setelah bertahun-tahun mengalami ketergantungan pada Lionel Messi, apakah kini Barcelona tengah menghadapi situasi yang sama dengan Lamine Yamal?
Ketidakhadiran Yamal terbukti berdampak signifikan pada permainan Barcelona.
Pemain berusia 17 tahun itu telah menjadi bagian penting dari skuat Hansi Flick, meskipun masih sangat muda.
Ketika Yamal absen, baik dalam pertandingan melawan Real Sociedad maupun Osasuna, Barcelona kesulitan menampilkan performa terbaiknya.
Meskipun Flick berusaha menghindari alasan terkait absennya Yamal, kenyataannya permainan Barcelona tampak pincang tanpa kehadirannya.
Ketergantungan yang Menyeruak – Pembelajaran dari Era Messi
Selama era Messi, Barcelona kerap dikritik karena dianggap terlalu bergantung pada sang bintang.
Ketika Messi tidak tampil, tim sering kali terlihat kehilangan arah dan kreativitas di lapangan.
Kini, ketergantungan serupa muncul dengan Yamal, yang mampu menghadirkan dinamika berbeda lewat dribbling, visi bermain, serta kemampuannya membuka ruang dan menciptakan peluang.
Lamine Yamal, Lebih dari Sekedar Gol dan Assist
Peran Yamal dalam tim tidak hanya sebatas kontribusi gol atau assist.
Statistik menunjukkan bahwa ia adalah penyumbang assist terbanyak di La Liga, namun pengaruhnya lebih besar dari angka-angka tersebut.
Yamal kerap menarik perhatian lebih dari satu pemain lawan, menciptakan ruang bagi rekan-rekannya.
Hal ini menjadi nilai tambah yang tak dimiliki banyak pemain muda, menjadikannya aset penting bagi strategi Flick.
Barcelona Mencari Solusi di Tengah Ketergantungan
Barcelona dihadapkan pada dilema klasik – memanfaatkan sepenuhnya potensi seorang pemain muda seperti Yamal atau menciptakan tim yang lebih seimbang agar tidak terlalu bergantung pada satu figur.
Sementara Hansi Flick berusaha meredam spekulasi soal ketergantungan ini. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa Barcelona sering kali kehilangan ritme tanpa kehadiran Yamal.
Kekalahan dari Real Sociedad menjadi cermin baru bagi Barcelona untuk menilai apakah mereka tengah mengulang sejarah ketergantungan yang pernah terjadi di era Messi.
Apakah Yamal akan menjadi katalis kemenangan atau justru menambah tekanan? Pertanyaan ini perlu dijawab tidak hanya oleh pelatih, tetapi juga manajemen yang harus merancang strategi jangka panjang.
Barcelona harus berupaya memanfaatkan talenta Yamal tanpa kembali terperangkap dalam ketergantungan yang sama, demi masa depan tim yang lebih kokoh dan berdaya saing tinggi. *AT