AC Milan di Ambang Kegagalan Liga Champions: Alasan di Balik Gagalnya Rencana Stefano Pioli
- X/@acmilan
Mindset – AC Milan, tim sepakbola Italia yang begitu dihormati, kini berada di ambang kegagalan untuk melaju ke babak knockout Liga Champions setelah mengalami kekalahan 1-3 di kandang sendiri dari Borussia Dortmund pada hari Rabu (29/11) dini hari WIB.
Kini, peluang mereka tergantung pada hasil pertandingan tandang melawan Newcastle United dan harapan bahwa Dortmund, yang sudah lolos, akan menang atas Paris Saint-Germain di kandang sendiri.
Misi ini tampaknya menjadi tantangan yang sulit untuk diatasi. Seluruh kampanye Liga Champions AC Milan telah dipenuhi dengan kejadian yang seharusnya tak terjadi seperti halnya melawan Dortmund yang berakhir kekalahan telak.
Keberuntungan AC Milan yang Hilang
Dua kali dalam lima menit pertama, AC Milan seharusnya unggul, terutama ketika Olivier Giroud gagal menyambung umpan matang Davide Calabria dan ketika Giroud sendiri gagal menjalankan tendangan penalti yang diselamatkan oleh kiper Dortmund, Gregor Kobel.
Meski Marco Reus memberikan keunggulan kepada Dortmund, AC Milan menyamakan kedudukan melalui Samuel Chukwueze, namun gagal mengubah peluang menjadi gol.
Beberapa faktor seperti ketidakberuntungan, performa impresif bek Dortmund Mats Hummels, dan ketidakmampuan AC Milan dalam menyelesaikan peluang menjadi penyebab kegagalan.
Namun, satu momen krusial mungkin terjadi saat tendangan akrobatik Christian Pulisic mengenai Julian Ryerson dari Dortmund alih-alih masuk ke gawang.
Kejadian ini diikuti dengan kehilangan bola oleh AC Milan dan upaya pelanggaran taktis yang kurang semangat oleh Tijjani Reijnders.
Dibalik Layar Kegagalan AC Milan
Bukankah tindakan Reijnders menjadi pemicu dominasi Dortmund yang menyebabkan AC Milan kehilangan kendali pertandingan? Meskipun sulit untuk menentukan, namun dalam analisis pascapertandingan, hal itu terasa seperti pemicu kekalahan bagi AC Milan.
Bagi yang melihat segala sesuatunya dengan sikap optimis, bisa jadi AC Milan kurang beruntung.
Mereka tergabung dalam grup paling sulit, telah unggul melawan Newcastle di kandang dan Dortmund di luar kandang namun harus puas dengan hasil imbang.
Mereka bahkan berhasil mengalahkan Paris Saint-Germain. Namun, masuknya ke pertandingan melawan Dortmund dengan daftar cedera panjang menjadi hambatan besar.
Keterbatasan Kondisi AC Milan dalam Rencana Terbaik Stefano Pioli
Meski AC Milan menciptakan banyak peluang, gagal mencetak gol dalam tiga pertandingan grup pertama menunjukkan ada yang tidak beres.
Giroud memang luar biasa, namun bergantung pada Luka Jovic sebagai alternatif utama dapat menjadi masalah.
Jovic, yang pernah mencetak 27 gol pada musim 2018-19, sejak itu hanya mencetak 20 gol dalam empat setengah musim.
Rencana B Pioli mungkin melibatkan Rafael Leão atau Noah Okafor sebagai opsi, tetapi dengan keduanya absen, Jovic menjadi solusi darurat.
Namun, Jovic terasa seperti magnet energi negatif yang mengikuti di sekitarnya.
Kekurangan di Lini Tengah
Ada juga masalah di lini tengah Milan, di mana absennya playmaker handal yang dapat mengatur tempo permainan dan memberikan kreativitas menjadi hambatan.
Ismaël Bennacer cedera sejak Mei, dan Yacine Adli, yang baru pertama kali memulai pertandingan Liga Champions, belum membuktikan diri sebagai pengatur permainan yang diandalkan.
Dalam jangka panjang, AC Milan mungkin akan pulih. Mereka telah berinvestasi pada pemain muda, bermain dengan gaya sepakbola menyerang, dan mendapatkan dukungan penuh dari para penggemar.
Namun, Liga Champions bukanlah panggung jangka panjang. Ini adalah situasi di mana hasil lebih penting daripada performa. Performa dapat meningkatkan kualitas tim, tetapi hasillah yang membawa mereka ke babak 16 besar Liga Champions