Perjuangan Rahmad Maulizar, Dari Pasien Bibir Sumbing Menjadi Pemberi Harapan di Aceh

Perjuangan Rahmad Maulizar.
Sumber :
  • Ist

MindsetRahmad Maulizar, seorang pria asal Meulaboh yang kini berusia 31 tahun, pernah mengalami masa-masa sulit sebagai penderita bibir sumbing. Selama 18 tahun, ia hidup dengan keterbatasan yang sering kali membawa stigma sosial dan rendahnya rasa percaya diri.

Perbedaan Honda ADV 160 ABS dan CBS, Mana yang Cocok untuk Anda?

Namun, hidupnya berubah drastis pada tahun 2011 setelah ia menjalani operasi bibir sumbing gratis melalui program yang difasilitasi oleh Smile Train Indonesia

Pengalaman inilah yang membuat Rahmad kini berdedikasi membantu anak-anak di Aceh yang mengalami kondisi serupa.

Merasa Tertipu! Ustadz Fatih Karim Kecam Tindakan Sudirman dan Desak Penegak Hukum Berikan Sanksi

Rahmad adalah pekerja sosial yang tak kenal lelah berkeliling dari desa ke desa di seluruh pelosok Aceh. 

Ia mencari anak-anak dan orang dewasa yang menderita bibir sumbing dan langit-langit mulut, untuk memberikan mereka harapan hidup baru melalui operasi gratis. 

Saldo BPNT Rp800.000 Cair! Ini Cara Cek NIK KTP Penerima Bansos: Cek Lewat M-Banking

Melalui kerjasamanya dengan Rumah Sakit Malahayati Banda Aceh dan Smile Train Indonesia, Rahmad telah membantu ratusan penderita mendapatkan senyuman sempurna.

Smile Train Indonesia, yang menjadi mitra dalam perjuangan Rahmad, adalah lembaga amal internasional yang menyediakan layanan operasi gratis bagi penderita bibir sumbing yang kurang mampu. 

Di Provinsi Aceh, program ini bermitra dengan Dr. M. Jailani, SpBP-RE (K), seorang ahli bedah plastik, yang setiap bulan menangani sekitar 40 pasien. 

Hingga pertengahan 2019, lebih dari 3.200 pasien telah menerima operasi bibir sumbing gratis, berkat upaya kolektif antara Smile Train dan para relawan seperti Rahmad Maulizar.

Rahmad Maulizar, Dari Pasien Menjadi Pahlawan Senyum

Pengalaman pribadi Rahmad yang menyentuh hati membuatnya memiliki tekad yang kuat untuk membantu orang lain. 

Sebagai seorang mantan penderita, Rahmad memahami betul perasaan terasing dan rendah diri yang sering dialami oleh penderita bibir sumbing. 

Baginya, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk tersenyum adalah bentuk pengabdian dan cara membalas kebaikan yang pernah ia rasakan.

“Aku hanya ingin memberikan kembali apa yang sudah aku terima,” kata Rahmad dikutip MindsetVIVA dari 13th SATU Indonesia Awards 2022, Sabtu (19/10). 

“Setelah operasi, aku merasa seperti lahir kembali. Aku tahu, banyak orang di luar sana yang juga butuh harapan baru.”

Selain mencari pasien, Rahmad juga mendampingi mereka selama proses pra-operasi hingga pasca-operasi. Ia memastikan bahwa mereka, terutama anak-anak, mendapatkan dukungan emosional yang cukup dari keluarga dan tim medis. 

Rahmad percaya bahwa senyuman bukan hanya soal penampilan fisik, tetapi juga tentang harapan dan kepercayaan diri yang pulih.

Asa Baru di Setiap Senyuman

Perjuangan Rahmad Maulizar tidak hanya berfokus pada tindakan medis, tetapi juga pada perubahan sosial yang lebih luas.

 Dengan adanya program gratis ini, stigma terhadap penderita bibir sumbing mulai berkurang di masyarakat Aceh. 

Orang tua kini lebih terbuka untuk mencari bantuan medis bagi anak-anak mereka, dan kesadaran tentang pentingnya operasi bibir sumbing semakin meningkat.

Keberhasilan Rahmad dan timnya mencerminkan kekuatan kolaborasi antara kemanusiaan dan keahlian medis. Setiap pasien yang sembuh dari bibir sumbing bukan hanya menerima senyuman baru, tetapi juga kehidupan baru dengan lebih banyak kesempatan dan harapan.

Bagi Rahmad, setiap kali ia melihat senyum di wajah pasien yang telah sembuh, itu adalah pengingat bahwa perjuangan ini masih panjang, namun penuh makna.*RCH