Pratiwi Sudarmono dari Indonesia, Perempuan Astronot Pertama dari Asia

Prof. dr. Pratiwi Pudjilestari Sudarmono, PhD, SpMK(K)
Sumber :
  • Istimewa

Bulan Oktober tahun yang sama, Pratiwi Sudarmono terpilih untuk ikut dalam misi Wahana Antariksa NASA STS-61-H sebagai 1 dari 2 spesialis muatan. Misi tersebut direncanakan berlangsung pada 24 Juni-1 Juli 1986 dengan menggunakan pesawat ulang alik Columbia.

Sayangnya penerbangan tersebut dibatalkan akibat terjadinya musibah yang menimpa pesawat ulang alik Challenger. Pesawat tersebut meledak setelah diluncurkan pada 28 Januari 1986. 

Tujuh orang meninggal dalam kecelakaan tersebut termasuk seorang warga sipil, guru, yang menjadi spesialis muatan, yaitu Christa McAuliffe. 

Fakta tersebut menyebabkan munculnya anggapan bahwa NASA pada masa itu memang belum siap memberangkatkan warga sipil ke luar angkasa. Oleh sebab itu misi STS-61-H yang juga melibatkan warga sipil termasuk Pratiwi Sudarmono kemudian diurungkan. 

Setelah peran terkait misi luar angkasa itu, Pratiwi Sudarmono melanjutkan perannya di bidang Biologi Molekuler. Tahun 1994-2000, dia menjadi Ketua Departemen Mikrobiologi di Fakultas Kedokteran UI. 

Pada awal tahun 2008, Pratiwi Sudarmono diangkat menjadi Guru Besar Kehormatan dalam Ilmu Mikrobiologi di Fakultas Kedokteran UI. Sebelas tahun kemudian, tahun 2019, dia memperoleh penghargaan GE Indonesia Recognition for Inspiring Women in STEM (Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika).  

Demikian profil ringkas dan rekam jejak Pratiwi Sudarmono, perempuan hebat Indonesia yang menjadi astronot perempuan pertama dari Asia. Prestasi dia membuatnya penting untuk diingat terutama di momen Hari Perempuan Internasional seperti saat ini.