Bedah Buku Kritik Sastra di Perpustakaan Ciamis, Meriah dan Penuh Canda

Foto Bersama pasca-diskusi
Sumber :
  • Istimewa

Mindset –Senin (17/2), suasana Aula Dispusip (Dinas Perpustakaan dan Kearsipan) Kabupaten Ciamis tampak meriah.

Bermula pukul 09.00 WIB, di tempat tersebut diselenggarakan acara launching dan bedah buku Perempuan dalam Bibliografi Pembaca

Di luar aula, terdapat stan yang menjual berbagai buku, majalah dan zine yang diproduksi oleh penerbit dan para seniman muda Ciamis.  

Buku yang dibedah merupakan antologi esai kritik sastra karya Cep Subhan KM. Acara terselenggara berkat kerja sama MTN (Manajemen Talenta Nasional), penerbit Velodrom, Rumah Koclak, dan Dispusip Ciamis.

Buku Perempuan dalam Bibliografi Pembaca

Photo :
  • Istimewa
 

 Adapun launching dan bedah buku bertema Bibliofilia. Bertindak sebagai moderator adalah Wida Waridah, sedangkan yang menjadi pembicara adalah Evi Sri Rezeki dan Fahmy Farid Maulana.

Antusiasme hadirin tampak dari penuhnya kursi di aula Dispusip sejak awal sampai acara berakhir. Acara juga berlangsung dengan hangat.

Diskusi buku dibuka dengan pembacaan puisi Evi Idawati oleh Didon Nurdani dan penampilan musisi Dani ‘Ebel’ Jamaludin. Sepanjang pembahasan diselingi candaan dari para pembicara yang bersambut gelak tawa hadirin.  

Dalam sambutannya, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Ciamis, Bapak H. Dadan Wiadi, ST., MT., MMG, menyinggung kelirunya label yang selama ini disematkan pada perpustakaan sebagai gudang ilmu.

Istilah gudang mengesankan ruangan suram yang terletak di bagian belakang dan hanya dikunjungi sesekali. Sebutan yang lebih pantas adalah rumah ilmu.

Acara launching dan bedah buku Perempuan dalam Bibliografi Pembaca menjadi salah satu wujud interaksi hangat antara perpustakaan Ciamis dengan masyarakat sekitar.

Selain itu, sebagaimana disinggung oleh Toni Lesmana ketika menyampaikan sambutan atas nama Rumah Koclak:

“Jangan sampai Cep Subhan KM yang berasal dari Ciamis dikenal sebagai kritikus sastra di tingkat nasional, tetapi tidak dikenal di tanah kelahirannya sendiri.”

Buku Esai Kritik Sastra dari Ciamis

Penyerahan Buku dari penulis kepada Kepala Dispusip Kab. Ciamis

Photo :
  • Istimewa

Perempuan dalam Bibliografi Pembaca adalah buku antologi esai kritik sastra karangan Cep Subhan KM, seorang kritikus sastra kelahiran Jatinagara, Ciamis.

Tahun 2024, dia menjadi juara dalam dua penghargaan kritik sastra tingkat nasional berturut-turut. 

Yang pertama, esai kritik sastranya menjadi juara 1 dalam sayembara kritik sastra DKJ (Dewan Kesenian Jakarta). Satu esainya yang lain menjadi naskah pilihan juri dalam sayembara yang sama. 

Yang kedua, esai kritik sastranya menjadi juara 1 dalam sayembara kritik sastra yang diselenggarakan oleh Kalam Sastra

Sebelumnya, tahun 2022, Cep Subhan KM juga menjadi juara 2 dalam sayembara kritik sastra DKJ.

Sedangkan pada tahun 2023, dia menjadi juara 2 dalam sayembara kritik sastra yang diselenggarakan untuk menyambut 88 tahun Taufiq Ismail.

Buku Perempuan dalam Bibliografi Pembaca memuat 18 esainya yang pernah dipublikasikan di berbagai media dalam rentang tahun 2013-2024. 

Diterbitkan dengan desain kover ngejreng, buku tampak unik dan berbeda dari buku kritik sastra yang umumnya menonjolkan kesan serius dan kaku.

“Saya memang ingin membuat kritik sastra lebih akrab dengan pembaca umum,” kata Cep Subhan KM. “Esai-esai dalam buku ini mencoba bersetia pada metodologi Ilmu Sastra tetapi disampaikan dengan lebih ramah pembaca dibandingkan tulisan-tulisan jurnal.”

Evi Sri Rezeki menyoroti desain halaman-halaman buku yang baginya sangat menarik. Posisi catatan kaki diletakkan di tepi teks utama, bukan di bawah seperti biasanya. 

Ruang-ruang kosong di bagian catatan kaki juga bisa menjadi tempat bagi pembaca yang ingin menulis catatan-catatan saat melakukan pembacaan.

“Itu gaya Derridean,” sambut Fahmy Farid Maulana menanggapi komentar terkait desain halaman buku yang unik tersebut.

Akan tetapi sambil bercanda Cep Subhan KM menimpali bahwa desain semacam itu lebih merupakan pertanda kembali ke khittah sebagai kritikus yang lahir dari dunia pesantren. 

“Desain semacam ini mirip dengan desain kitab-kitab kuning edisi lawas. Teks utama terletak di bagian tengah di dalam kotak, sementara di tepi kotak biasanya terdapat ruang untuk teks kitab lain yang lebih ringkas dan menyisakan banyak ruang kosong.”

Kritikus Sastra yang Lahir di Pesantren

Diskusi Buku Perempuan dalam Bibliografi Pembaca

Photo :
  • Istimewa

Cep Subhan KM lahir di lingkungan pesantren Syamsul ‘Ulum, Jatinagara, Ciamis. Saat remaja, dia melanjutkan mesantren di Pondok Pesantren Maslakul Huda dan Perguruan Islam Mathali’ul Falah, Kajen, Margoyoso, Pati. 

Tidak mengherankan jika jejak pesantren pun tampak dalam beberapa esai dalam Perempuan dalam Bibliografi Pembaca, termasuk esai yang menyinggung sastra pesantren.

Fahmy Farid Maulana menyodorkan istilah khusus ketika membahas esai-esai tersebut, yaitu suluk puitika

Suluk adalah istilah yang berasal dari dunia tasawuf atau mistisisme Islam. Sedangkan puitika adalah istilah dari dunia kritik sastra, poetics, berasal dari naskah Aristoteles yang merupakan salah satu naskah babon kritik sastra. 

“Saya pernah menerjemahkan naskah tersebut dan juga naskah puitika karangan Adonis, sastrawan sekaligus kritikus Arab favorit saya,” kata Cep Subhan KM. 

Kedua terjemahan tersebut diterbitkan oleh penerbit Basabasi dengan judul Puitika dan Pengantar Puitika Arab.

Cep Subhan KM juga menyatakan bahwa dia tidak hanya menulis kritik sastra terhadap karya-karya perempuan.

Hanya saja dia memang sedang dalam proses membukukan esai-esainya secara tematik. Buku pertama terbit dengan tema Chairil Anwar berjudul Tiga Menguak Chairil: Media, Perempuan, & Puitika Kiri (2024).

Kemudian antologi Perempuan dalam Bibliografi Pembaca (2025) terbit sebagai buku kedua dengan tema perempuan. 

“Dari seratusan esai saya, 18 di antaranya membahas karya-karya perempuan, sehingga memadai untuk dikumpulkan dalam satu buku,” ungkapnya.

Dia juga mengungkapkan bahwa ada banyak karya perempuan penulis yang bagus, tetapi masih sangat sedikit kritikus yang membahasnya. 

Selain itu, peran perempuan dalam dunia literasi juga sangat beragam, baik berupa penulisan puisi, prosa, nonfiksi, ataupun kerja penerjemahan. 

Oleh sebab itu, selain merupakan bentuk apresiasi terhadap karya para perempuan, dia juga berharap penerbitan buku ini bisa memancing kritikus-kritikus sastra lain untuk lebih memperhatikan karya para perempuan. 

“Tentu akan lebih bagus lagi kalau buku ini bisa berdampak positif ikut memantik semakin banyak bermunculannya kritikus sastra dari kalangan perempuan,” pungkasnya.