Kondemnasi Socrates: Mengapa Pengabdian Tak Membawa Penghargaan?

Ilustrasi patung Plato dan nashkah Apology karyanya.
Sumber :
  • Sqapo

Mindset – Dalam karya Plato yang terkenal, "Apology," terdapat kisah yang memikat tentang seorang pria yang melakukan langkah-langkah luar biasa sepanjang hidupnya untuk menjadi nilai yang paling besar bagi masyarakatnya.

Namun, usahanya itu justru tidak mendatangkan rasa syukur dan penghormatan yang dia yakini layak dia terima.

Sebaliknya, usahanya malah membawanya kepada vonis hukuman mati oleh tangan orang-orang yang sebenarnya ingin dia layani.

Socrates sangat menyadari bahwa dia adalah figur yang dibenci, dan inilah yang menyebabkan tuduhan-tuduhan terhadapnya.

Dia memiliki sedikit uang, tidak memiliki keahlian atau pengaruh politik, dan dia kurang memperhatikan keluarganya. 

Semua itu dilakukannya semata-mata untuk melayani publik yang sekarang menghinanya. Apa yang salah?

Keterbatasan Penghargaan pada Pengabdian 

Ilustasi Apology karya filsuf Plato.

Photo :
  • epub.us

Socrates, dalam kisah Apology, mengabdikan hidupnya untuk melayani masyarakatnya. 

Namun, apa yang dia dapatkan adalah kebencian dan vonis hukuman mati.

Hal ini menyoroti sebuah realitas yang tidak jarang terjadi di masyarakat: pengabdian dan pengorbanan seseorang tidak selalu dihargai sebagaimana mestinya.

Masyarakat seringkali cenderung menilai berdasarkan kesalahpahaman atau ketakutan, bukan atas dasar pengabdian yang sejati.

Kekurangan Politik dan Kekuasaan

Socrates kurang memiliki keahlian politik dan pengaruh dalam ranah politik.

Meskipun pengabdiannya besar dalam ranah filsafat dan moral.

Kekurangan ini menghalangi dia untuk mendapatkan dukungan politik yang mungkin dapat melindunginya dari tuduhan-tuduhan yang tidak adil.

Ketidakseimbangan Antara Pengabdian Publik dan Kehidupan Pribadi 

Ilustrasi Kematian Socrates (1787), lukisan Jacques-Louis David.

Photo :
  • Wikipedia

Socrates, dalam fokusnya untuk melayani masyarakat, mengabaikan kebutuhan-kebutuhan pribadi dan keluarganya.

Meskipun pengabdian publik adalah suatu nilai yang mulia. Tetapi ketidakseimbangan antara pengabdian publik dan kehidupan pribadi dapat membawa dampak yang tidak diinginkan.

Bahkan hingga pada tingkat tragis seperti yang dialami oleh Socrates.

Kisah Socrates mengingatkan kita akan kompleksitas masyarakat dan kerapuhan penghargaan terhadap pengabdian yang tulus.

Hal ini mengajarkan kita untuk tidak hanya menilai seseorang berdasarkan tindakan eksternalnya, tetapi juga memahami konteks, pengorbanan, dan nilai yang mendasarinya. 

Pengabdian yang sejati tidak selalu dibalas dengan penghargaan yang sesuai, namun demikian, nilainya tetap tinggi dalam ranah moral dan etika.

Dengan demikian, dalam melihat kisah Socrates, kita diajak untuk merefleksikan kembali nilai-nilai masyarakat dan penghargaan terhadap pengabdian. Serta bagaimana kebijaksanaan politik dan keseimbangan antara pengabdian publik dan kehidupan pribadi dapat memengaruhi penilaian masyarakat terhadap individu.