Sastrawan Abdul Hadi WM Meninggal Dunia, Jumat 19 Januari 2024
- Kanal Youtube Salihara Arts Center
Mindset –Abdul Hadi WM, sastrawan kelahiran Madura 24 Juni 1946, meninggal dunia pada hari Jumat, 19 Januari 2024.
Selain terkenal karena puisi-puisi dan tulisan-tulisannya yang bernuansa sufistik, Abdul Hadi WM juga merupakan Guru Besar di Universitas Paramadina.
Karya-karya Abdul Hadi WM ditelaah oleh kritikus-kritikus sastra terkenal di Indonesia, di antaranya A. Teeuw dan Harry Aveling.
A. Teeuw misalnya membahas puisi Abdul Hadi WM berjudul “Ombak Itulah” dalam salah satu esai di bukunya yang terkenal, Tergantung Pada Kata (1980).
Sementara Harry Aveling dalam Secret Needs Words (2001) menempatkan Abdul Hadi WM sebagai penyair Neo-Romantisisme bersama dengan beberapa penyair terkenal lainnya seperti Sapardi Djoko Damono dan Goenawan Mohamad.
Buku puisi Abdul Hadi WM yang pertama diterbitkan tahun 1971, Laut Belum Pasang. Setelah itu dilanjutkan buku kedua dan ketiganya di tahun 1975, Cermin dan Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur.
Setelah itu, sampai akhir hayatnya Abdul Hadi WM masih menerbitkan beberapa buku puisi, termasuk yang paling terkenal, Tuhan, Kita Begitu Dekat (2012).
Selain menulis puisi, Abdul Hadi WM juga merupakan penerjemah dan menulis kritik sastra.
Karya terjemahan Abdul Hadi WM misalnya adalah drama Goethe, Faust, diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 1989.
Karya terjemahannya yang lain adalah puisi-puisi sufistik Jalaluddin Rumi, Matsnawi.
Abdul Hadi WM fokus menulis tentang sastra Islam dan lebih khusus lagi sastra sufi, baik dalam buku utuh maupun dalam esai-esainya.
Disertasi Abdul Hadi WM, tentang karya Hamzah Fansuri, sudah dibukukan dengan judul Tasawuf yang Tertindas: Kajian Hermeneutik terhadap Karya-karya Hamzah Fansuri (Kompas, 2020).
Dalam membahas kajian hermeneutika, Abdul Hadi WM juga menawarkan konsep hermeneutika pascakolonial.
Hermeneutika pascakolonial itu ditautkan dengan konsep ta’wil dalam khazanah sufisme sebagaimana dijelaskan dalam bukunya Hermeneutika Sastra Barat dan Timur (Pusat Bahasa, 2008).
Sebagai penerjemah, penyair, dan kritikus yang fokus dalam sastra sufistik, Abdul Hadi WM juga pernah menyusun antologi sastra sufi.
Antologi tersebut diberi judul Sastra Sufi: Sebuah Antologi (Pustaka Firdaus, 1996), sangat penting bagi mereka yang ingin mengenal seluk-beluk sastra sufi.
Di dalamnya dimuat karya-karya lokal ataupun luar yang bernuansa sufi, dari mulai karya Jalaluddin Rumi sampai Hamzah Fansuri.
Semua karya tersebut dikurasi dan diterjemahkan, jika merupakan karya sastra luar, oleh Abdul Hadi WM sendiri.
Antologi juga dilengkapi dengan biodata ringkas para sastrawan sufi tersebut sehingga sangat membantu terutama karena di dalamnya banyak nama yang belum terlalu dikenal di Indonesia.