Kenapa Honda Tiger Disuntik Mati? Ini 6 Alasan di Balik Keputusan Honda
- Ist
Mindset – Honda Tiger pernah menjadi ikon motor sport touring di Indonesia. Dengan desain gagah, suara khas, dan mesin 200 cc yang cukup besar untuk zamannya, motor ini sangat populer di era 1990-an hingga awal 2000-an.
Namun, pada tahun 2013, Honda secara resmi menghentikan produksi Honda Tiger.
Keputusan ini tentu menimbulkan banyak pertanyaan dari para pecintanya. Lantas, apa alasan di balik keputusan ini? Berikut ulasannya.
6 Alasan Honda Tiger Disuntik Mati
Melansir channel Youtube Fuse Box berikut 6 alasan kenapa Honda Tiger disuntik mati dan tidak produksi kembali sampai saat ini.
1. Regulasi Emisi yang Semakin Ketat
Salah satu alasan utama Honda menghentikan produksi Tiger adalah regulasi emisi yang semakin ketat.
Pada saat itu, pemerintah Indonesia mulai menerapkan standar emisi Euro 3, yang mengharuskan penggunaan sistem injeksi pada motor agar lebih ramah lingkungan.
Sayangnya, Honda Tiger masih menggunakan sistem karburator, yang tidak memenuhi regulasi tersebut.
Daripada mengembangkan ulang mesinnya agar memenuhi standar, Honda memilih untuk menyuntik mati Tiger dan fokus pada model lain yang lebih sesuai dengan regulasi.
2. Pergeseran Tren Pasar
Pada akhir 2000-an, tren motor sport di Indonesia mengalami pergeseran. Kehadiran Kawasaki Ninja 250 yang menggunakan mesin dua silinder membuat banyak pengguna motor sport beralih ke motor dengan kapasitas mesin yang lebih besar.
Tiger yang hanya bermesin 200 cc menjadi kurang menarik dibandingkan dengan pilihan motor sport lainnya yang menawarkan performa lebih tinggi dengan harga yang tidak jauh berbeda. Ini membuat penjualan Honda Tiger menurun secara signifikan.
3. Minimnya Inovasi dari Generasi ke Generasi
Honda Tiger memang mengalami beberapa perubahan desain sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 1993.
Namun, dari segi mesin dan teknologi, perubahannya sangat minim. Hal ini membuat Honda Tiger terasa stagnan dibandingkan pesaingnya.
Generasi keempat dan kelima dari Honda Tiger hanya mengalami perubahan kosmetik tanpa peningkatan signifikan pada performa atau fitur.
Akibatnya, banyak penggemar mulai merasa bosan dan beralih ke motor lain yang menawarkan inovasi lebih menarik.
4. Kompetisi yang Semakin Ketat
Saat Honda Tiger berjaya, segmen motor sport touring masih didominasi oleh model ini.
Namun, dengan hadirnya pesaing seperti Yamaha Scorpio, Vixion, dan Kawasaki Ninja 250, pasar mulai terpecah.
Honda tidak lagi menjadi satu-satunya pilihan di segmen ini, dan Tiger pun kehilangan daya tariknya di mata konsumen.
5. Honda Lebih Fokus ke Varian CB
Sejak dihentikannya produksi Honda Tiger, Honda mulai fokus pada varian CB sebagai penerus di segmen motor sport touring.
Honda CB500X, CB150R, dan CB650R menjadi pilihan baru yang lebih modern dan sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.
Kehadiran varian CB ini juga membuat Honda semakin enggan untuk menghidupkan kembali Honda Tiger, karena khawatir akan terjadi tumpang tindih produk.
6. Ketidakpastian Jika Dihidupkan Kembali
Meski banyak penggemar yang menginginkan kebangkitan Honda Tiger, ada berbagai faktor yang membuat Honda ragu untuk melakukannya.
Jika Honda Tiger dihidupkan kembali, desain dan spesifikasinya harus disesuaikan dengan selera pasar saat ini.
Namun, ini bisa menjadi pedang bermata dua—jika terlalu modern, penggemar lama bisa kecewa, sedangkan jika tetap mempertahankan desain lama, bisa jadi kurang menarik bagi pasar baru.
Selain itu, penentuan harga juga menjadi tantangan. Mesin 200 cc saat ini dianggap tanggung—tidak cukup bertenaga untuk kelas premium, tetapi juga terlalu mahal jika dijual sebagai motor entry-level.
Honda Tiger dihentikan produksinya bukan tanpa alasan. Regulasi emisi, tren pasar yang berubah, minimnya inovasi, dan persaingan ketat membuat Honda lebih memilih untuk fokus pada model lain yang lebih relevan.
Meski banyak yang berharap Honda Tiger kembali, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda Honda akan menghidupkan kembali legenda motor touring ini. *AT