Mengapa Friendship Marriage - Pernikahan Tanpa Rasa Cinta Jadi Tren di Jepang?

Ilustrasi Friendship Marriage - Pernikahan Tanpa Rasa Cinta di Jepang.
Sumber :
  • Freepik

MindsetJepang, negeri yang terkenal dengan budaya dan tradisi uniknya, kembali mencuri perhatian dunia dengan tren pernikahan yang tak lazim. Friendship marriage, atau pernikahan persahabatan, menjadi fenomena yang semakin populer di antara pasangan Jepang. 

Namun, apa yang membuat pernikahan tanpa rasa cinta dan aktivitas seksual menjadi pilihan bagi sebagian besar mereka?

Pernikahan sering kali dianggap sebagai ikatan romantis yang dibangun atas dasar cinta dan sayang di banyak budaya.

Namun, di Jepang, konsep ini mulai diubah dengan munculnya friendship marriage. Dalam friendship marriage, pasangan menikah tanpa adanya hubungan romantis atau seksual di antara mereka.

Meskipun terdengar tidak lazim, tren ini menarik minat banyak pasangan di Jepang.

Melansir Times Now, friendship marriage merupakan fenomena di mana pasangan menikah tanpa adanya rasa cinta yang mendalam di antara mereka.

Mereka lebih memilih untuk membangun hubungan berdasarkan persahabatan dan kesamaan nilai.

Aktifitas Seksual dalam Friendship Marriage Tidak Jadi Fokus Utama 

Ilustrasi dua pasangan kekasih sedang kencan.

Ilustrasi dua pasangan kekasih sedang kencan.

Photo :
  • Pixabay/5688709

Dalam friendship marriage, aktivitas seksual juga tidak menjadi fokus utama dalam hubungan.

Tren ini menjadi semakin populer seiring dengan berjalannya waktu. Agen pernikahan seperti Colorus melaporkan bahwa setidaknya ada 500 pasangan di Jepang yang telah memilih untuk menjalani friendship marriage.

Fenomena ini pertama kali muncul sekitar tahun 2015 dan terus berkembang pesat hingga menjadi tren baru dalam institusi pernikahan di Jepang.

Salah satu hal yang menarik dari friendship marriage adalah fleksibilitasnya dalam menjalani hubungan.

Pasangan yang menjalani friendship marriage dapat memilih untuk tinggal bersama atau terpisah.

Mereka juga diberikan kebebasan untuk menjalin hubungan romantis dengan orang lain, asalkan ada kesepakatan bersama di antara mereka.

Menariknya, banyak pasangan yang menjalani friendship marriage melaporkan bahwa mereka memiliki kehidupan rumah tangga yang harmonis meskipun tidak melibatkan aktivitas seksual.

Beberapa di antara mereka bahkan telah memiliki anak, yang dibangun melalui metode inseminasi buatan.

Kalangan Usia 30 Tahunan Lebih Tertarik dengan Friendship Marriage 

Ilustrasi Pernikahan

Ilustrasi Pernikahan

Photo :
  • Unsplash @beatriz_perez

Masyarakat Jepang yang tertarik dengan tren ini umumnya berasal dari kalangan usia 30-an dengan pendapatan di atas rata-rata nasional.

Mereka memiliki alasan tersendiri mengapa memilih friendship marriage daripada pernikahan konvensional.

Banyak yang merasa kecewa dengan hubungan dan pernikahan tradisional, sehingga mencari alternatif yang lebih sesuai dengan nilai dan kebutuhan mereka.

Sebelum memutuskan untuk menikah, pasangan yang tertarik dengan friendship marriage akan menghabiskan waktu bersama untuk membicarakan hal-hal penting dalam kehidupan rumah tangga mereka.

Diskusi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pembagian tanggung jawab rumah tangga hingga keputusan untuk memiliki anak.

Meskipun terkesan kurang romantis, pendekatan ini telah terbukti efektif dalam menjaga keharmonisan hubungan.

Tren friendship marriage memang memicu berbagai pendapat di kalangan masyarakat. 

Namun, bagi banyak pasangan di Jepang, friendship marriage menjadi pilihan yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai mereka. Apakah tren ini akan terus berkembang di masa depan atau hanya menjadi fenomena sementara? Hanya waktu yang akan memberikan jawabannya. *(ar/at)