Jejak Matah Ati dalam Perang Mangkunegaran, Kecantikan dan Keberaniannya Dihadirkan dalam Sorotan AI
- TikTok/@ainusantara
Jakarta, Mindset – Perempuan Jawa pada abad ke-20 sering kali dipandang sebelah mata, namun, satu nama memecah stereotip tersebut, yaitu Raden Ayu Matah Hati atau Matah Ati. Kini, melalui kecerdasan buatan (AI), keperkasaan dan kecantikannya dihidupkan kembali dalam ilustrasi yang memukau.
Akun TikTok AI Nusantara menjadi media penyaji keberanian Matah Ati melalui AI. Mereka menciptakan ilustrasi pasukan elit Matah Ati dengan kecerdasan buatan.
"I asked AI to imagine 'Matah Ati's elite troops," tulis akun TikTok @ainusantara dalam unggahanya.
Keperkasaan Perempuan Jawa di Balik Sorotan AI
Di zaman yang dipenuhi pandangan sebelah mata terhadap perempuan Jawa, Matah Ati menjadi pahlawan yang mengubah paradigma.
Nama kecilnya, Roro Rubiyah, berasal dari Dusun Matah di sekitar Gunung Wijil, Klaten. Dalam beberapa catatan sejarah, ia dikenal sebagai bagian dari pasukan perang Mangkunegara I.
Berdasarkan riset Desy Nurcahyanti beserta tim dalam jurnnal "Mbok Mase" dan "Mbok Semok," Matah Ati merupakan bagian penting dalam pendirian Kadipaten Mangkunegaran.
Melalui Babad Nitik Mangkunagara, sebuah catatan harian Matah Ati, kisah keperkasaan prajurit perempuan ini terabadikan. Babad tersebut memaparkan kemampuan unggul prajurit perempuan, bahkan melebihi laki-laki.
Inspirasi dari Kehebatan Matah Ati
Kisah kehebatan Matah Ati menginspirasi Atilah Soeryadjaya, cucu dari Mangkunagara VII, untuk menciptakan sendratari berjudul "Matah Ati."
Sendratari ini mengilustrasikan kehebatan estri Mangkunegaran dan telah disajikan di berbagai tempat di seluruh dunia, termasuk Singapura, Malaysia, Taman Ismail Marzuki, dan bahkan di depan Pura Mangkunagaran.
Kecantikan yang Memikat Hati Raden Mas Said
Pesona kehebatannya serta keelokan Matah Ati berhasil membuat hati Raden Mas Said terpikat dengan kharismanya.
Sejak pertemuannya, Rubiyah dikenal sebagai sosok yang memancarkan keindahan. Dari 26 prajurit perempuan, Raden Mas Said hanya terpukau pada Rubiyah yang memiliki kecantikan dan tanda khusus di kain yang dikenakannya.
Berkat keistimewaannya, Roro Rubiyah dinikahi oleh Raden Mas Said setelah ia berhasil bertakhta sebagai Mangkunegara I. Gelar kehormatan "Bendara Raden Ayu Matah Hati" pun diberikan padanya.
Peninggalan Matah Ati yang Abadi
Catatan sejarah mencatat bahwa Matah Ati, yang juga dikenal sebagai Roro Rubiyah, meninggal pada tahun 1814.
Berdasarkan keistimewaannya, ia meminta kepada Mangkunegara I agar pusaranya dibangun di suatu tempat yang terpencil, di luar jangkauan wilayah kekuasaan Mangkunegaran.
Tempat peristirahatan terakhirnya yang istimewa terletak di Astana Mangadeg, Girilayu, Matesih, Karanganyar, tidak dijadikan satu dengan makam keluarga Trah Mangkunagaran.
Matah Ati, melalui AI, kembali menginspirasi kita dengan kecantikan dan keberaniannya dalam perang Mangkunegaran. Kisahnya bukan hanya sebuah jejak sejarah, tapi juga sebuah kisah kekuatan perempuan yang membebaskan diri dari kungkungan stereotip pada zamannya
Jakarta, Mindset – Perempuan Jawa pada abad ke-20 sering kali dipandang sebelah mata, namun, satu nama memecah stereotip tersebut, yaitu Raden Ayu Matah Hati atau Matah Ati. Kini, melalui kecerdasan buatan (AI), keperkasaan dan kecantikannya dihidupkan kembali dalam ilustrasi yang memukau.
Akun TikTok AI Nusantara menjadi media penyaji keberanian Matah Ati melalui AI. Mereka menciptakan ilustrasi pasukan elit Matah Ati dengan kecerdasan buatan.
"I asked AI to imagine 'Matah Ati's elite troops," tulis akun TikTok @ainusantara dalam unggahanya.
Keperkasaan Perempuan Jawa di Balik Sorotan AI
Di zaman yang dipenuhi pandangan sebelah mata terhadap perempuan Jawa, Matah Ati menjadi pahlawan yang mengubah paradigma.
Nama kecilnya, Roro Rubiyah, berasal dari Dusun Matah di sekitar Gunung Wijil, Klaten. Dalam beberapa catatan sejarah, ia dikenal sebagai bagian dari pasukan perang Mangkunegara I.
Berdasarkan riset Desy Nurcahyanti beserta tim dalam jurnnal "Mbok Mase" dan "Mbok Semok," Matah Ati merupakan bagian penting dalam pendirian Kadipaten Mangkunegaran.
Melalui Babad Nitik Mangkunagara, sebuah catatan harian Matah Ati, kisah keperkasaan prajurit perempuan ini terabadikan. Babad tersebut memaparkan kemampuan unggul prajurit perempuan, bahkan melebihi laki-laki.
Inspirasi dari Kehebatan Matah Ati
Kisah kehebatan Matah Ati menginspirasi Atilah Soeryadjaya, cucu dari Mangkunagara VII, untuk menciptakan sendratari berjudul "Matah Ati."
Sendratari ini mengilustrasikan kehebatan estri Mangkunegaran dan telah disajikan di berbagai tempat di seluruh dunia, termasuk Singapura, Malaysia, Taman Ismail Marzuki, dan bahkan di depan Pura Mangkunagaran.
Kecantikan yang Memikat Hati Raden Mas Said
Pesona kehebatannya serta keelokan Matah Ati berhasil membuat hati Raden Mas Said terpikat dengan kharismanya.
Sejak pertemuannya, Rubiyah dikenal sebagai sosok yang memancarkan keindahan. Dari 26 prajurit perempuan, Raden Mas Said hanya terpukau pada Rubiyah yang memiliki kecantikan dan tanda khusus di kain yang dikenakannya.
Berkat keistimewaannya, Roro Rubiyah dinikahi oleh Raden Mas Said setelah ia berhasil bertakhta sebagai Mangkunegara I. Gelar kehormatan "Bendara Raden Ayu Matah Hati" pun diberikan padanya.
Peninggalan Matah Ati yang Abadi
Catatan sejarah mencatat bahwa Matah Ati, yang juga dikenal sebagai Roro Rubiyah, meninggal pada tahun 1814.
Berdasarkan keistimewaannya, ia meminta kepada Mangkunegara I agar pusaranya dibangun di suatu tempat yang terpencil, di luar jangkauan wilayah kekuasaan Mangkunegaran.
Tempat peristirahatan terakhirnya yang istimewa terletak di Astana Mangadeg, Girilayu, Matesih, Karanganyar, tidak dijadikan satu dengan makam keluarga Trah Mangkunagaran.
Matah Ati, melalui AI, kembali menginspirasi kita dengan kecantikan dan keberaniannya dalam perang Mangkunegaran. Kisahnya bukan hanya sebuah jejak sejarah, tapi juga sebuah kisah kekuatan perempuan yang membebaskan diri dari kungkungan stereotip pada zamannya