Galih Suci Pratama, Mendorong Guru Semarang Beradaptasi dengan Digitalisasi Pendidikan
- E-Booklet
Mindset – Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, digitalisasi pendidikan menjadi tantangan besar bagi para pendidik, khususnya di Semarang. Di sinilah peran Galih Suci Pratama, seorang pendidik dan inovator pendidikan, menjadi sorotan.
Dengan semangat tinggi, Galih telah mendedikasikan dirinya untuk memfasilitasi para guru di Semarang agar lebih siap beradaptasi dengan dunia pendidikan berbasis digital.
Seiring dengan tuntutan global yang menekankan pentingnya literasi digital, Galih Suci Pratama berkomitmen untuk menjembatani kesenjangan antara guru tradisional dan teknologi modern.
Dalam beberapa tahun terakhir, ia telah mengadakan berbagai pelatihan dan seminar di Semarang, memberikan bimbingan kepada para guru tentang penggunaan perangkat teknologi dalam proses belajar-mengajar.
‘’Guru adalah kunci utama dalam mempersiapkan generasi masa depan. Jika mereka tertinggal dalam perkembangan teknologi, siswa-siswa kita pun akan mengalami dampaknya," kata Galih dikutip MindsetVIVA dari E-Booklet 13th SATU Indonesia, Sabtu (19/10)
Digitalisasi sebagai Solusi Pembelajaran di Masa Pandemi
Pandemi COVID-19 yang memaksa sekolah-sekolah beralih ke pembelajaran daring, membuka mata banyak pihak tentang urgensi penguasaan teknologi di sektor pendidikan.
Galih Suci Pratama melihat ini sebagai momentum penting bagi para guru untuk beradaptasi.
Bersama timnya, ia menyelenggarakan program pelatihan daring bagi guru-guru di Semarang untuk mempelajari penggunaan aplikasi seperti Google Classroom, Zoom, dan platform e-learning lainnya.
‘’Awalnya memang tidak mudah. Banyak guru yang kesulitan memahami aplikasi-aplikasi baru. Namun, dengan pendekatan yang tepat, pelatihan bertahap, dan dukungan moral, sekarang semakin banyak guru yang bisa menggunakan teknologi dengan percaya diri," tambahnya.
Membangun Jaringan Komunitas Digital Guru
Galih juga menggagas terbentuknya komunitas Semarang Digital Teachers yang bertujuan untuk memperkuat kolaborasi antarpendidik di wilayah tersebut.
Komunitas ini tak hanya berfokus pada pelatihan teknis, tetapi juga menjadi wadah bagi para guru untuk saling berbagi pengalaman, tantangan, dan solusi dalam menghadapi era digitalisasi pendidikan.
‘’Banyak guru yang awalnya merasa terisolasi dalam menghadapi tantangan digitalisasi. Melalui komunitas ini, mereka tidak hanya mendapatkan dukungan teknis, tetapi juga motivasi dari rekan-rekan sejawatnya," jelas Galih.
Namun, perjalanan menuju digitalisasi pendidikan yang lebih inklusif tidak selalu mulus. Galih mengakui bahwa ada tantangan besar, terutama terkait dengan ketersediaan infrastruktur teknologi yang belum merata di seluruh sekolah di Semarang.
Ia berharap pemerintah daerah lebih memperhatikan kebutuhan teknologi di sekolah-sekolah dan mempercepat penyediaan perangkat digital yang memadai.
‘’Masa depan pendidikan kita sangat bergantung pada bagaimana kita mengintegrasikan teknologi dengan pembelajaran. Jika kita bisa menyiapkan guru-guru kita dengan baik, kita bisa mempersiapkan generasi penerus yang kompeten di era digital," ujarnya.
Perjuangan Galih Suci Pratama untuk mempersiapkan para guru di Semarang dalam menghadapi digitalisasi pendidikan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Dedikasinya menunjukkan bahwa adaptasi terhadap teknologi bukanlah hal yang mustahil, asalkan ada kemauan, pelatihan yang tepat, dan dukungan kolektif.*RCH